Blogger Widgets

Kamis, 08 Oktober 2015

Cerpen

CINTA DALAM HATI
Share

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 22 April 2013

Setahun sudah aku mencintai cowok yang selalu hadir dan menemani di setiap hari-hariku. Dia adalah Hendra Bartholomeus, sahabatku sejak kami duduk di bangku SMA. Perkenalan yang tak sengaja membuat kami menjadi sahabat hingga kini. Dan tak ku sangka pula aku jatuh hati ke dia. Sifatnya yang ramah, baik, dan perhatiannya yang membuat aku jatuh hati kepadanya. Tapi, aku tak pernah mengunggapkannya ke dia. Malu yang membuatku hingga sekarang tak pernah menggungkapkannya hingga sekarang. Dan itu pula aku tak pernah mengetahui apa Hendra punya rasa yang sama kepadaku.
***
“Icha” sapa seseorang
Aku terkejut, kemudian membalikkan badan.
“Hendra, kamu ngagettin aja, kebiasaan dech bikin orang jantungan aja. Untung jantung aku gak copot, klo coppot kamu mw apa ngantiin” kataku sebel.
“Hehehe, sorry abisnya loe lucu kalo kaget, jadi gua kagetin dech” kata Hendra cengegesan, dan aku hanya bisa memanyunkan bibir.
“Ih, jelek tau kalo loe manyun kayak gitu. Mending loe senyum tambah cantik hehehe” kata Hendra,
“Hahaha, kamu bisa aja Hendra” kataku sambil tertawa
Sesaat kami terdiam…
“Hm, Icha gua mw cerita ke loe” kata Hendra tersenyum, kelihatannya dia senang banget
“Apa?” kataku sambil membaca buku yang sedari tadi aku baca
“Gua… gua jatuh cinta, gua jatuh cinta Icha” kata Hendra tersenyum, aku tersenyum bahagia,
“Apakah ini jawaban atas do’a ku slama ini” kataku dalam hati
“Apakah Hendra punya rasa yang sama ke aku” lanjutku dalam hati
“Loe taukan Angel, temen SMP gua yang pernah gua ceritain” tanya Hendra, aku hanya mengangguk.
“Gua suka ke dia, gua jatuh cinta ke Angel” kata Hendra
Seketika hatiku tertancap beribu-ribu pedang, rasanya sakit banget ketika mengetahui Hendra menyukai teman SMP-nya yang sering dia cerita kepadaku. Yang dia puja-puja slama ini. Gadis terpopuler dan teman dekatnya Hendra waktu dia di SMP dulu. Yang selalu membuatku menangis tiap malam ketika membayangkan apa yang selalu dia ceritakan tentang teman satu SMP-nya dulu. Tak terasa air mataku menetes.
“Loe gk apa-apakan Icha” tanya Hendra kebingungan, saat melihatku menangis.
“Ehm.. ehm.. aku… ehm… aku gpp koq Ndra” kataku sambil mengusap airmataku, aku gak mau Hendra tau kalo aku sedang menangis
“Beneran loe gpp?” tanya Hendra memastikan
“iya aku gpp koq Ndra, tenang aja. Ehm, bentar ya Ndra aku keluar dulu. Mau ke… ke perpus dulu, ada tugas. Bye Ndra” kataku langsung meninggalkan Hendra yang kebingunan melihat tingkah lakuku tadi.
Aku berlari menuju taman belakang sekolah, tempat biasanya aku sama Hendra pertama kali bertemu dan tempat dimana aku selalu menyendiri ketika aku sedang sedih. Aku menangis sejadi-jadinya disana. Mengeluarkan semua rasa sakit di hatiku.
“Hendra, seandainya kamu tau aku sayang ke kamu, aku cinta ke kamu. Tapi kenapa kamu gak ngerasain itu, kenapa. Aku lebih baik dari dia, aku lebih tulus mencintai kamu, tapi kenapa kamu harus suka ma dia Ndra kenapa” kataku di sela-sela tangisku
“Aku sayang kamu Hendra, aku cinta kamu Hendra. HENDRA AKU CINTA KAMU” teriakku
***
Beberapa hari ini aku jarang ngumpul bareng ma Hendra. Semenjak Hendra jadian sama Angel, aku jarang jalan bareng ma dia, dia juga jarang menyapaku saat aku berada di kelas, maupun di kantin. Bahkan aku sakitpun dia gak pernah menjegukku apalagi mengkhawatirkan ku seperti dulu. Sampai-sampai aku punya kanker otak stadium 4, dia gak pernah tau. Dia terlalu sibuk dengan kehidupan barunya bersama Angel.
Suatu hari, entah kenapa Hendra mencariku. Saat dia berada di kelasku, dia tak menemukanku.
“Eh, bentar-bentar” kata Hendra pada salah satu teman satu kelasku.
“Iya ada apa?”
“Icha hari ini kemana, koq gua dari tadi gak ketemu dia. biasanya pagi-pagi gini dia uadh di kelas” tanya Hendra
“Oh icha, udah seminggu dia gak masuk sekolah. katanya sich dia sakit.” kata temenku satu kelas
“Apa…! sakit, sakit apa dia?” tanya Hendra khawatir.
“Gua juga gak tau, mending loe ke rumah sakit, gua denger-denger dia masuk rumah sakit, udah dulu ya gua mw masuk kelas” kata temenku
Hendra hanya bisa terdiam, kemudian langsung pergi.
@RUMAH SAKIT
“Maaf Sus, kalo boleh saya tanya dimana ruang pasien yang bernama Icha Rastanti” tanya Hendra kepada seorang Suster.
“Oh, Icha Rastanti dia berada di ruang ICU.” kata Suster tersebut.
“ICU Sus, hm ya udah makasih Sus” kata Hendra. Kemudian dia berlari menuju ruang ICU dimana sekarang aku berada.
“Icha loe knapa sich, bikin gua khawatir aja” kata Hendra dalam hati.
Saat dia berada di depan pintu ruang ICU, dia membuka pintu tersebut. Dia melihatku yang tak berdaya di tempat tidurku. Hendra tak percaya kalo aku kayak gini.
“Icha loe koq bisa kayak gini sich” kata Hendra tak percaya, dan aku hanya bisa tersenyum.
“Aku gak apa-apa koq Ndra, aku hanya kecapekan aja koq” kataku berbohong. Aku gak mau Hendra bertambah khawatir dengan penyakitku ini yang menunggu beberapa jam untuk merenggut nyawaku ini.
“Gua gak percaya, loe itu sakit Icha, jujur loe sakit apa. apa loe mau gua tambah khawatir heh” kata Hendra sedikit membentak
Aku hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan kata-kata.
“Icha please loe jujur ke gua loe sakit apa, please” kata Hendra memohon.
“Aku… aaa… kuu punya penyakit kanker otak stadium akhir dan kata Dokter aku gak akan bertahan lama” kataku dalam tangis.
Hendra seketika lemas saat aku jujur tentang penyakitku ini. Aku hanya bisa menangis.
“Gak mungkin, loe pasti bercandakan, pasti Dokter salah, pasti Dokter itu salah” kata Hendra
“Enggak Ndra, Dokter itu benar dan kayaknya waktuku tinggal sebentar Ndra” kataku
“Icha loe jangan ngomong kayak gitu, loe harus sembuh please loe harus sembuh” kata Hendra menangis. Aku gak pernah lihat Hendra menangis. Selama kami bersama, aku gak pernah melihat dia menangis. Baru pertama kali ini aku melihat dia menangis demi aku.
“Maaf Ndra aku gak bisa, aku gak kuat, aku dah capek dengan semua ini. Aku mau istirahat untuk selama-lamanya, tolong ikhlasin aku ya Ndra untuk pergi. Makasih slama ini kamu udah nemenin aku, udah jadi sahabatku, dan mengisi hari-hari terakhir ku dengan senyuman. And izinkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya, please” pintaku pada Hendra,
“iya Icha iya” kata Hendra, kemudian memelukku, aku tersenyum puas dan bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang dan bahagia. Kemudian aku menutup mata dengan perasaan bahagia.
***
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku, asal kaupun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmu
Telah lama ku pendam perasaasn itu,
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tau
Diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja,
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja,
Disebuah kompleks pemakaman umum, terdapat salah satu makam yang di kelilingi banyak orang yang menggunakan pakaian serba hitam. Di sana pula terdapat seorang pemuda yang memegang nisan bertuliskan Icha Rastanti sambil menangis.
“Cha kenapa loe cepat banget meninggalkan gua. hari-hari gua sepi tanpa loe. Please bangun Cha. Gua kangen senyuman loe, gua kangen suara loe itu. Please bangun icha please” kata Hendra sambil menggoyangkan nisan yang tertancap pada gundukan makam itu.
“Sudah Hendra, ikhlaskan Icha pergi, dia udah tenang disana” kata Bundaku
“Oh ya satu lagi, ini titipan Icha sebelum dia pergi. katanya kalo dia udah pergi, kotak ini suruh kasih ke kamu. Ya udah Tante tinggal dulu” kata Bundaku
“Makasih Tante” kata Hendra.
Kemudian dia membuka kotak yang di berikan oleh Bundaku. Di lihatnya isi kotak tersebut, di dalam kotak tersebut terdapat foto-foto kami saat kami bersama dan terdapat sebuah surat.
“To HENDRA BARTHOLOMEUS
Ndra, mungkin saat kamu terima suratku ini, aku sudah tidak ada di sisimu lagi. Aku mungkin udah pergi tuk selama-lamanya.
Hendra, aku mau jujur ke kamu, selama ini aku suka ma kamu, aku cinta ke kamu. tapi aku gak berani ungkapin perasaanku ke kamu. aku malu Ndra, aku malu. aku juga takut kalo aku jujur ke kamu, kamu akan pergi ninggalin aku sendirian. aku putuskan aku pendam rasa ku ini.
Kamu ingat saat kamu jadian ma Angel, aku sedih banget. apalagi kamu jarang bersamaku. aku tambah sedih, dan sedih banget. aku gak mungkin nunjukan kesedihanku ke kamu, aku gak mau kamu sedih karna melihatku sedih.
Ndra kamu harus janji ke aku, kamu gak bakal nyakitin apalagi membuat Angel kecewa. aku mohon kamu janji ya ke aku. biarkan cintaku ini ku pendam di hatiku, menjadi kenangan terindah selama hidupku
Makasih ya Ndra, kamu udah mau jadi sahabatku selama hidupku.
I LOVE YOU HENDRA
Icha”
Hendra hanya menangis, dia tak menyangka selama ini aku suka ke dia.
“Icha maafin gua, gua bener-bener bodo. Gua gak sadar kalo loe suka ke gua. Maafin gua Cha maafin gua.” kata Hendra dalam tangisnya
“Gua janji Cha gua bakal bahagiain Angel, gua gak bakal buat dia sakit apalagi kecewa. Selamat jalan Cha semoga kamu tenang disana” kata Hendra dengan tersenyum. Kemudian pergi meninggalkan makamku dan juga arwahku yang sejak dari tadi melihat dia.
“Selamat jalan Hendra, aku akan selalu di hatimu walaupun aku gak bisa di sisimu lagi” kataku kemudian arwahku pergi tersapu oleh angin.
THE END
Cerpen Karangan: Devirna Dian Garmay
Facebook: http://www.facebook.com/devirna.garmay



Ini merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Cinta Cerpen Cinta Sedih Cerpen Patah Hati

Cerpen

Rencana Tuhan Itu Indah


Share

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 4 October 2015

Aku Ochy mempunyai teman bernama Bayu, kami berteman baik. Berawal dari hari Natal 2012 pertama kali kami bertemu ketika ia dan temannya berkunjung di rumahku, kami berbincang-bincang cukup lama. Hari berikutnya aku juga berkunjung di rumahnya hujan begitu deras dan pakaian yang ku kenakan basah kuyup untungnya Mamanya Bayu baik hingga aku dipinjamkan sehelai handuk. Di situlah kami mulai terasa akrab hingga malam-malam berikutnya ia sering membawaku jalan-jalan di luar maupun berkunjung di rumah teman-temannya.
Setelah beberapa minggu kenal ia dengan beraninya mengungkapkan perasaanya kepadaku walaupun aku merasa nyaman berada di sampingnya tetap saja aku berusaha menghindar darinya karena aku tidak mau merubah pertemanan menjadi sebuah hubungan lebih yang sewaktu-waktu dapat dipisahkan. Lama setelah itu kami kehilangan komunikasi, mungkin karena kesibukan masing-masing atau lainnya. Saat ini aku melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Pontianak dan saat ini sedang libur Natal aku kembali ke Ngabang kota asalku, tanpa sengaja aku melihat Bayu melintas di depan rumahku dan entah kenapa ia tiba-tiba singgah di depan rumahku. Saat itu banyak hal yang ingin ku ketahui tentang dia.
“kamu ke mana saja?” tanyaku.
“aku di Pontianak baru datang kemarin” sahutnya.
“iyakah, aku juga kuliah di sana. Kamu kuliah di mana?” lanjutku dengan tertawa ia menjawab.
“Aku nggak kuliah, aku kerja di bengkel”
“aku nggak percaya, kalau kerja kenapa sekarang ada di sini?” tanyaku tidak yakin.
“Aku cuti. hahaaa..” jawabnya.
Aku begitu tidak yakin dengan jawabannya, dan dengan berulang kali aku menanyakan di mana ia kuliah.
“iya, aku juga kuliah di Pontianak” ia menjawab sambil tersenyum, “Ibadah di mana?” lanjutnya.
“Di Gereja GBI, hanya saja jarang datang” jawabku.
“wah aku juga di situ, kok nggak pernah ketemu ya? ya sudah nanti kalau di Pontianak aku nggak mau tahu kamu harus rajin ibadah, aku yang jemput!” katanya dengan nada memaksa tapi sambil tersenyum.
Spontan aku menjawab, “kamu hubungi aku ya kalau udah di sana!”
“nomor hp kamu saja aku tidak punya” jawabnya.
“sini nomor hp-mu aku catat” pintaku, dan ia pun memberikannya, setelah lama berbincang-bincang ia pun pamit pulang.
Malam harinya tepat malam valentine hujan turun dengan derasnya padahal malam itu malam yang ditunggu-tunggu oleh semua orang khususnya buat yang punya pasangan. Dan aku, karena tidak punya pasangan merasa senang karena hujan turun di saat yang tepat. Aku mengirimi pesan singkat kepada Bayu.
“Bagus deh hujan biar orang-orang nggak bisa keluar”
“betul tuh, aku setuju” balasnya yang ternyata juga tidak punya pasangan.
Tidak lama kemudian hujan reda, ia mengirimi pesan singkat kepadaku.
“kamu nggak ke luar, hujan udah reda nih?”
“nggak ada kawan, semua sibuk sama pasangannya” jawabku.
“kalau gitu kamu ke luar bareng aku aja.” ia menawarkan dirinya dan aku pun menyetujuinya.
Malam itu aku begitu merasa nyaman berada di sampingnya, hingga sempat timbul di pikiranku.
“kenapa aku dulu menolaknya?”
Saat itu ia mengajakku berkeliling di daerah Ngabang. Tak lama kemudian temanku menghubungiku dan mereka mengajakku untuk ngumpul bareng, dengan berat hati aku harus berbohong sama Bayu.
“Bayu kita pulang yuk, udah malam.” pintaku.
“yakin mau pulang?” tanyanya lemah, “kita ke rumah aku saja,” lanjutnya.
“antar aku pulang aja ya, malam besok aku janji pergi ke rumah kamu deh aku juga mau ketemu adik-adikmu,” pintaku.
“iya deh” jawabnya dengan nada sedih.
Bayu pun mengantarkanku pulang, dan ketika ia pulang temanku pun datang menjemputku dan kami pergi untuk ngumpul-ngumpul dengan yang lainnya. Tidak lama kemudian Bayu memgirimi pesan singkat kepadaku.
“kamu lagi ngapain?”
“aku lagi nonton” jawabku.
“oh, semoga saja benar. Tuhan nggak bisa dibohongi” balasnya.
Dengan rasa tidak enak aku jujur sama dia.
“Bayu maaf ya, sebenarnya aku ke luar lagi, tapi aku janji besok aku ke rumah kamu.”
“iya, nggak apa. Jangan diulangi lagi dan ingat jangan pulang larut malam.” balasnya.
Keesokan harinya aku benar-benar menghabiskan waktuku bersamanya, perasaanku begitu tenang saat berada di sisinya, di sana aku bermain dengan adik-adiknya, mereka menyambutku dengan baik. Setelah pulang dari rumahnya, aku menerima pesan singkat darinya lagi.
“Aku jadi ingat dulu kamu pernah nolak aku,” katanya.
“kenapa tiba-tiba ngomongin itu?” tanyaku.
“aku hanya trauma” katanya.
Aku pun mulai merasakan kalau sebenarnya ada sesuatu yang dipendamnya.
“apa kamu masih memiliki perasaan itu?” tanyaku.
“Iya dari dulu aku sayang kamu walaupun perasaan itu sempat hilang karena kita lama nggak bekomunikasi tapi sekarang rasa itu tumbuh lagi. Tapi sudahlah jangan dibahas” jawabnya.
“sebenarnya aku juga punya perasaan yang sama.” aku berusaha mengakui perasaanku.
“benarkah?” tanyanya, “kamu mau nggak temani aku melewati hari-hariku dan mendengarkan semua keluh kesahku?” pinta Bayu.
Dengan tersenyum aku membalas pesan singkatnya, “ya, aku mau.”
“jadi mulai malam ini kita jadian? aku janji akan menjaga semuanya termasuk perasaan ini.” jelasnya meyakinkanku.
“ya, kamu adalah kado spesial di malam valentine ini” kataku dengan bahagia.
Setelah itu, hari Minggu pun tiba, itu hari pertamaku ibadah bersama Bayu. Bahagia rasanya berada di gereja bersama pacar. Sepulang ibadah kami menghabiskan waktu berdua. Hari berikutnya aku balik ke Pontianak. Kami berpisah beberapa hari karena Bayu tidak pulang bersamaku. Kami masih tetap berkomunikasi via telpon dan sms. Tidak terasa hari berikutnya Bayu menyusul ke Pontianak karena libur Natal telah berakhir. Hari minggu kami juga masih ibadah bersama-sama, sepulang ibadah aku mengikutinya Bayu ke rumahnya, tanpa sengaja aku mengecek foto-foto di laptopnya dan sangat menyakiti hati ketika aku melihat sebuah foto.
“Apa-apaan ini, kenapa fotoku disamain dengan foto mantanmu?” tanyaku sedih.
“Nggak, itu udah lama banget lupa aku hapus. Maaf ya?” rayunya.
Namun aku tak dapat bicara banyak, “aku ingin pulang, tolong antarin aku pulang.”
Bayu berusaha mencegah hanya saja aku memaksa untuk tetap pulang. Sesampai di rumah aku tidak ingin bicara apapun sampai Bayu pulang. Ia mengirimi pesan singkat kepadaku.
“Sayang maaf ya, aku sayang sama kamu.”
“Nggak apa-apa, mungkin aku yang salah datang di saat yang tidak tepat..” balasku. Ketika itu juga Bayu menelponku dan aku langsung mematikannya karena kecewa yang aku rasakan.
“Angkat, aku mau ngomong” ia mengirimi pesan singkat.
Bayu kembali menelpon, “Kamu kenapa ngomong gitu, aku minta maaf. Nanti tunggu aku, aku mau ke rumah kamu.”
“Iya.” jawabku.
Tak lama kemudian Bayu datang dan menjelaskan semuanya, aku tertarik dengan keseriusannya. Bayu rela balik lagi hanya untuk minta maaf, dan saat itu aku yakin dia menyayangiku. Hari berikutnya aku masih saja sering dibuat kesal sampai-sampai kata-kata putus sering ku lontarkan hanya saja Bayu tetap menanggapi semua dengan dewasa, nasihat-nasihatnya meluluhkan amarahku. Satu bulan telah berlalu, aku semakin sayang sama Bayu walaupun aku sering menangis karena ia terkadang cuek denganku.
Bayu selalu bilang, “percaya sama aku, jangan suka berpikir macam-macam.”
Namun foto yang pernah aku lihat itu terus menggangu pikiranku hingga aku memberanikan diri untuk menanyakan tentang foto tersebut. Bayu pun bercerita bahwa gadis itu adalah mantan yang disayanginya. Keesokan harinya aku sedih dan menangis karena Bayu begitu menyayangi gadis itu.
“pantesan saja selama ini dia cuekin aku” kataku bergumam dalam hati.
Pagi-pagi aku melampiaskan isi hatiku melalui status facebookku.
“Bagaimana mungkin aku mampu bertahan jika hati dan pikiranmu masih bersamanya.” Dan hari itu juga tiba-tiba Bayu tidak ada kabar sama sekali, nomornya tidak aktif, akun Facebooknya pun jarang dibuka. Selama dua hari Bayu menghilang benar-benar menghilang tanpa alasan. Setiap hari aku hanya bisa menangis dan menangis karena takut Bayu benar-benar pergi. Tak tahan menahan rasa sakit itu aku tidak mau melakukan apa-apa bahkan aku tidak mau berbicara apapun dengan orang sekelilingku, makan pun tidak, hanya bisa menangis. Setelah lewat dua hari tiba-tiba hp aku berdering ternyata Bayu menelponku.
“Sayang aku minta maaf, dua hari aku tidak mengabarimu?”
“Kamu kenapa? kamu nggak tahu dua hari aku khawatirin kamu sementara kamu sengaja nggak aktifkan hp!” aku menangis.
“Aku minta maaf, kemarin aku belajar menjauhimu hanya saja aku nggak bisa, aku sayang kamu, jangan nangis lagi.” kata Bayu.
Setelah kejadian itu aku semakin menyayangi Bayu, aku takut dia pergi lagi tapi Bayu justru semakin berubah. Status hubungan di Facebook Bayu sembunyikan, kiriman-kiriman aku di dinding Facebooknya juga disembunyikan.
“Kenapa status hubungan kita disembunyikan?” aku mengirimi pesan singkat.
“Kenapa status hubungan kita disembunyikan?” aku mengirim di inbox fb tapi semuanya tidak dibalas.
Malam berikutnya aku mengajak Bayu ke luar di alun-alun kota pertanyaan yang sama terus aku lontarkan tetap saja aku tidak mendapatkan jawabannya hingga aku putuskan untuk melupakan semuanya. Malam itu aku tidak mau melewatkan semuanya hanya untuk bertengkar, di sana kami bersenang-senang rasanya aku baru jatuh cinta lagi padanya lagi. Malam selanjutnya Bayu mengirimi pesan singkat.
“Sayang aku mau ke rumahmu, kangen kamu” katanya.
“Iya, pergi saja” jawabku. Tak lama kemudian Bayu datang.
“tiba-tiba aku kangen kamu” ucap Bayu. Aku begitu bahagia mendengarkannya kata-katanya dan melihat wajahnya karena aku begitu menyayanginya. Tapi ada perasaan takut yang aku rasakan, tiba-tiba aku malam itu menjadi malam terakhir aku bahagia melihatnya oleh karena itu aku menahannya agar jangan cepat pulang. Keesokannya lagi aku meminta Bayu datang ke rumah hanya saja ia tak bisa datang dengan alasan lelah dan hari sabtu ia menawarkan untuk ke rumahnya.
“Jadi nggak ke rumahmu?” tanyaku melalu pesan singkat.
“Aku lagi di rumah teman ngerjakan tugas” sahutnya.
Aku terus menunggu sampai ia menjemputku tapi Bayu tak kunjung datang, “Tempat aku hujan deras” kata Bayu.
Karena kecewa aku berusaha menghibur diriku agar tidak menangis. Aku memutuskan untuk menginap di rumah temanku setelah sampai di sana aku menelpon Bayu.
“Kamu di mana?” tanyaku.
“Di rumah teman” jawabnya.
“Kamu nggak ibadah?” lanjutku.
“Nggak ini lagi di rumah teman” jawab Bayu.
Aku melanjutkan, “aku minta kamu datang ke rumah aku kamu nggak mau, tapi kamunya bisa pergi ke rumah temanmu.”
“Kamu kenapa sih marah-marah terus, nanti lagi nelponnya ya nggak enak sama kawan-kawan aku” kata Bayu.
Aku begitu kesal, hanya saja berusaha menenangkan diri. Hp-ku berdering ada satu pesan dari Bayu.
“Yank, maaf mulai sekarang kita putus”
Aku kaget, “kamu kenapa, jadi seperti ini sifat aslimu, nggak nyangka!”
Bayu langsung menelpon.
“aku minta maaf, aku ingin sendiri. Aku lagi nggak mau pacaran” tegasnya.
“Egois sekali kamu, kamu itu kayak anak kecil sekali seenaknya ngomong.”
“Aku ke rumahmu sekarang” lanjut Bayu.
“Aku nggak ada di rumah” jawabku, telpon pun mati.
Saat itu emosiku meluap, rasa sayang yang aku rasakan spontan berubah jadi benci karena tingkahnya. Pikiranku begitu kacau setelah menyadari bahwa hubungan kami benar-benar berakhir. Keesokan harinya aku menangis karena kesal dan tidak terima dengan semuanya. Aku berusaha menghubunginya.
“Ada apa?” tanya Bayu.
“Aku nggak sanggup terima semuanya aku sayang sama kamu” tersedu-sedu aku mengungkapkan perasaanku.
“Kamu menangis ya, jangan sedih aku minta maaf. Aku ingin fokus dengan kuliahku dan kamu juga harus begitu, nanti kalau jodoh pasti Tuhan satukan kok” jelas Bayu.
“Tapi aku nggak sanggup sekarang, setiap malam aku berdoa supaya Tuhan menjaga hubungan kita tapi ternyata kehendak Tuhan berbeda dengan kehendakku” ungkapku.
“Kamu pasti bisa, nanti setelah kamu selesai kuliah kamu pasti akan menemukan orang yang akan buat kamu bahagia” lagi kata Bayu.
“Iya, aku akan berusaha bersabar. Terima kasih ya.” Jawabku.
Setelah beberapa hari berlalu aku berdoa dan terus berdoa supaya aku bisa melupakannya dan akhirnya aku mulai bisa melupakannya. Sekarang aku mengerti bahwa semua masalah ini adalah rencana Tuhan yang terindah karena melalui masalah ini sekarang aku bisa lebih tegar, jika aku pernah menangis dua hari dua malam hanya karena ia tidak mengabariku maka sekarang aku hanya menangis satu kali saja dalam beberapa menit setelah Bayu benar-benar pergi meninggalkanku. Sekarang aku bisa tertawa lepas dan menjalani hidupku lebih baik lagi, tanpa harus mengingatnya.
“Masalah akan mendewasakanmu jika kamu bisa mengambil makna positif dari masalah tersebut.”
Cerpen Karangan: Rosiana
Facebook: rosianaw57[-at-]yahoo.co.id
Ini merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Cinta Cerpen Pengalaman Pribadi

Download Lagu Rossa feat Afgan – Kamu Yang Kutunggu

Artis : Rossa feat Afgan
Judul : Kamu Yang Kutunggu

Cerpen

Cinta Terpendam


Share

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 8 October 2015

Di malam yang dingin dan gelap sepi benakku melayang pada kisah cintaku, kisah cinta yang tak pernah ku tahu akhirnya. Ku sampaikan semua kegalauan hatiku lagu-lagu yang ku rasa dapat menggambarkan hatiku.
Kau terindah dan selalu terindah
Aku bisa apa tuk memilikimu
Kau pemilik hatiku
Kau pemilik hatiku
Lantunan lagu indah band ARMADA yang ku rasa pas dengan kegalauan hatiku saat ini, yang ku nyanyikan dengan sebuah gitar melodi yang selalu menemaniku setiap malam.
“Dika tidur udah malam!” teriak Kakakku yang memang sudah kebiasaannya setiap malam mengganggu aktivitasku.
“ya ntar kak, nggak usah teriak juga!” balasku dengan nada membentak.
“lagian tiap malam galau mulu, nggak bosan apa?” sindir Kakakku.
“suka-suka Dika dong, suara-suara Dika” balasku.
“iya suara punya lo tapi yang dengar siapa coba?” ucap Kakakku kembali.
“ya jangan dengarin” jawabku ngotot.
“gimana nggak?”
“shuttt… yang minta Dika buat tidur siapa tadi?” ucapku menghentikan ocehan Kakak.
“ya uda tidur sono, jangan lupa berdoa” ucap Kakak mencium keningku dengan paksa.
“huh akhirnya out juga tuh cewek” ucapku dalam hati.
Dan seperti pesan Kakak, aku berdoa dulu sebelum tidur, tidak lupa aku berdoa kepada Tuhan, biar aku bisa jadian sama Karin, cewek yang aku suka hehehe.
“Kringg..” bunyi alaram handphone-ku sontak membangunkanku dari tidurku.
“Kakak.” Teriakku sembari membawa semua seragam sekolahku dan bersiap untuk mandi.
“Apa-apa?” ucap Kakakku.
“Dika kenapa nggak dibangunin?” bentakku.
“Uda gede kan?” ucapnya lagi.
Tanpa menanggapi kata-kata Kakakku, aku bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah, setelah makan tentunya.
Di sekolah. Ku tatap di sekitar sekolah, penjaga sekolah nggak ada, “Kesempatan..” ucapku dalam hati.
“Heh. heh mau ke mana?” tanya seorang pria berbadan kekar yang tidak lain adalah penjaga sekolah kami.
“Mau masuk ke kelas pak” ucapku sedikit tersenyum.
“Ini sudah pukul berapa?” tanyanya kembali.
“Jam delapan pak, memang kenapa pak? Ada janji ya?” ucapku sedikit meledek.
“Janji kepalamu, kamu sudah terlambat, dan sekarang kamu harus dihukum” bentaknya.
“Aduh masih jam delapan, masa kena hukum?”
“Masih kamu bilang? kamu sudah terlambat setengah jam”
“Aduh pak, jam saya kan jam buatan indonesia, hehehe” ucapku sedikit tertawa.
“Haduh, haduh banyak alasan nih anak”
“Tolonglah pak, kami ada presentasi, dan saya yang jadi ketuanya. Kan kasihan teman-teman saya” pintaku pada pak penjaga.
“Ya sudah, sudah pergi sana, tapi jangan ulangi lagi” ucapnya.
“Oke pak Bapak emang baik.” ucapku kembali.
Dengan tergesa-gesa aku mengambil tasku dan bersiap menuju ke kelas, sampai aku melihat Karin, gadis yang ku cintai baru turun dari angkot. Dan nggak perlu waktu lama, otakku tahu apa yang harus dilakukan. Yap ikut telat.
“kapan lagi coba, bisa terlambat bareng sama cewek idamanku, secara Karin itu cewek yang nggak pernah telat dalam hal apapun” pikirku dalam hati.
“akh pak. Sepertinya nggak adil kalau saya harus masuk kelas tapi teman-teman lain kena hukum” ucapku dengan wajah serius.
“Kamu gimana, tadi mau presentasi, sekarang mau dihukum. Ya sudah ikut sana, sama teman-teman kamu yang lain” ucap pak penjaga.
Seperti yang ku duga Karin dicegat oleh pak penjaga.
“Pasti ikut dihukum juga” pikirkku.
“Heh kamu taroh tas” ucap pak penjaga.
“Eh iya pak, saya tadi diminta sama Bapak kepala sekolah buat memphotocopy berkas ini, jadi telat deh, maaf ya pa” ucap Karin.
“Oh ya sudah cepat sana” ucap pak penjaga.
Sial bercampur malu bagiku, sial karena nggak bisa sama-sama terlambat sama.
Karin, malu karena Karin tahu kalau aku telat ke sekolah.
“Woy dik melamun aja lo!” ucap salah seorang temanku.
“Eh kus nggak ini aku lagi mkirin seseorang” ucapku kepada Kusnadi temanku, tanpa ada rasa malu. Karena dia memang temanku yang dapat menjaga semua rahasiaku.
“Masih mikirin Dia?”
“Yap seperti biasa” ucapku.
“Kenapa nggak dinyatain aja sih dik?” ucap Kusnadi memberi saran.
“Susah bro susah banget”
“Tinggal lo bilang aja, uda beres kan?”
“Iya kalau diterima, kalau nggak?”
“Coba aja dulu, daripada gini, kamu juga kan yang sakit” ucap Kusnadi menyakinkan.
“Ya udah ntar temani aku ke kelas Karin” ucapku kembali.
“Sip ntar aku bantu”
“Tapi aku nembaknya gimana?”
“Kasih puisi aja”
“Aku ngak pandai nulis puisi Kus” ucapku.
“Ya udah aku buatin. Kamu dengar dan tulis aja, biar Karin yakin kalau itu dari isi hati kamu yang terdalam” ucap Kusnadi kembali.
Aku mencintaimu. Sungguh tiada yang lain. Namamu terukir indah di hatiku. Aku mencintaimu. Bersama semua kerinduan ini. Dan kesepian yang tak berujung
Aku mencintaimu. Walau kau tak pernah tahu. Rasa yang ada di hati ini. Aku mencintaimu. Mencintai kelebihanmu. Mencintai kekuranganmu
Aku mencintaimu. Tak ada yang bisa ku beri. Tak sepatah kata mampu terucap. Aku mencintaimu. Tanpa memilikimu. Tapi abadi di hatiku
Aku mencintaimu. Dalam ketulusan, dan keiklhasan jiwaku. Dan sekarang ingin kunyatakan. Rasa ini, Rasa ingin memilikimu
“Selesai kamu baca puisi ini, kamu langsung nembak dia gimana?” ucap Kusnadi.
“Oke aku setuju, thanks ya brother.”
“Oke.. berjuanglah teman hahahha” ucap Kusnadi sembari tertawa.
Dan seperti yang kami rencanakan, aku dan Kusnadi pergi ke kelas Karin. Tanpa berpikir panjang aku memasuki kelas Karin, namun aku memasuki kelasnya. Namun sial bagiku. Karin dan teman-temannya sedang melakukan praktikum di lab biologi.
“Gimana dong kus?” tanyaku pada Kusnadi.
“Ya udah kamu yang sabar ya, kapan-kapan kita coba lagi”
“Nggak ah keberanianku uda habis”
Di rumah.
“huh..”
“Kamu kenapa dik?” tanya Kakak menghampiriku di dalam kamar.
“Aduh Kakak. Bisa nggak kalau masuk kamar itu di ketok dulu?”
“Yeeee orang kamaranya ngak dikunci..”
“Ya sebelum Dika persilahkan masuk jangan masuk”
“Iya maaf-maaf, eh ngomong-ngomong kamu kok bete gitu?” tanya Kakakku.
“Nggak kenapa-kenapa kak.. Cuma lagi suntuk aja, pr Dika banyak”
“Uda dik nggak usah bohong. Emang sejak kapan sejarahnya seorang Dika benci sama pr?”
“Ya bisa aja seseorang lagi galau.. ehh maksudnya lagi malas”
“Hayo.. galau karena siapa?”
“Ya udah, ya udah Dika kasih tahu, tapi janji jangan ngomong sama Papa dan Mama ya, awas kalau Mama sama Papa tahu”
“Iya-iya”
“gini kak, aku lagi jatuh cinta, sebenarnya nggak baru sih aku uda sama cewek ini sejak SMP”
“What SMP? Malang banget nasibmu adekku”
“Tuh, kan meledek”
“Hehehe ngak, nggak kok”
“Menurut Kakak, aku tembak aja atau gimana?” tanyaku meminta saran kepada Kakak.
“Ya ditembak aja dik.”
“Tapi aku nggak berani kak”
“Masa kamu nggak berani, kamu kan laki-laki dik.. ya udah Kakak punya ide, kamu kan pintar main gitar, gimana kalau kamu tembak dia lewat nyanyian plus diiringi sama gitar? Pasti romantis banget”
“Aku setuju kak, ya udah kita ke sana sekarang”
“ke mana?” tanya Kakak keheranan.
“Ya ke rumah Karin”
“Gimana kalau Papa, Mamanya di sana?”
“Nggak peduli, yang penting kami jadian,” ucapku.
Tanpa pikir panjang aku dan Kakak pergi ke rumah Karin, dan sesampainya di depan rumahnya, aku mengambil posisi berdiri tepat di depan pintu rumah Karin.
“kak.. doain aku ya?” ucapku kepada Kakak sembari melirik ke belakang.
“iya pasti..”
Setelah aku menekan bell rumah Karin, aku bersiap-siap dengan gitarku. Terdengar seseorang yang akan membukakan pintu.
“Jangan dibuka Rin..”
Kau bidadari jatuh dari surga
Pas di hatiku ea
So baby please be mine, please be mine
Karena hanya aku, sang pangeran impianmu ea
Belum selesai aku menyanyi tiba-tiba pintu itu kembali akan dibuka, sontak aku berteriak.
“Bentar Rin aku belum siap. Aku mau bilang kalau aku suka sama kamu dan aku mau kamu jadi pacar aku.”
Setelah ku nyatakan persaanku, akhirnya pintu itu terbuka, dan sungguh hancur hatiku, ternyata yang membukakan pintu, Ibu Karin.
“eh maaf Tante, aku kira Karin, maaf ya Tante” ucapku sembari bersiap untuk pergi.
Pulang, ketika aku berbalik, aku sungguh terkejut karena Karin ada di belakangku dan dengan Kakakku di sampingnya.
“Eh Karin kamu udah lama di sini” ucapku malu.
“Udah, udahlah.”
“Belum Karin baru aja datang” ucap Kakak memotong pembicaraan Karin.
“Oh.” ucapku.
“Iya.” Ucap Karin kembali.
“Oh dan Iya” uda itu aja? Tapi tadi kamu bilang kamu mau nem…”
“Shut… rin kamu mau ngak jadi Pacar aku?” Ucapku memotong pembicaraan Kakak.
Lama Karin berbicara, hingga akhirnya dia membuka mulut dan berkata.
“iya aku mau”
Sebuah kalimat yang mampu membuatku mengepalkan tanganku sembari mengayunkannya.
“Thanks ya rin” ucapku sembari bersiap memeluk Karin.
“ehh mau ngapain?” ucap Kakak sembari menarikku dari belakang.
“Ya udah sampai jumpa besok ya rin, I LOVE U” ucapku, yang membuat Kakak sedikit ilfeel.
Namun Karin hanya diam dan tertunduk malu mendengar perkataanku.
“udah pandai ya” ucap Kakakku kembali.
Akhirnya penantian panjang untuk jadi kekasih Karin, terwjud juga. Dan aku berjanji kepada diriku, aku nggak akan pernah ninggalin dia.
Cerpen Karangan: Kusnadi Sihombing
Ini merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Cinta Cerpen Remaja

Cerpen

Hikmah di Balik Cobaan Berat



Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 8 October 2015

Pagi itu, Regina seorang gadis kecil bermata biru berambut pirang, terlihat berpakaian rapi dengan parfum yang amat wangi. Ia telah dinanti Ayahnya di depan pintu gerbang rumah sang Bunda. Iya, Ayah dan Bundanya tak bersama lagi, namun mereka tetap berhubungan satu sama lain. Regina sangat bahagia sekali walaupun keluarganya tak bersatu lagi namun ia disayang layaknya anak yang masih punya keluarga yang sempurna.
Suatu hari, sang Bunda jatuh sakit dan terpaksa dibawa ke rumah sakit. Bundanya terkena ledakan bom di kantornya yang menyebabkan luka bakar di sekujur tubuh Bunda Regina. Regina yang mengetahui Bundanya sekarat itu tak henti-hentinya menagis. Sang Ayah mencoba menenangkan dan menghibur Regina dengan kasih sayang yang amat tulus, namun Regina tetap saja menangis walau tak begitu sedu. Setelah satu hari menunggu Bunda di luar, Regina dan Ayahnya diperbolehkan dokter untuk masuk menjenguk Bunda tanpa harus bersuara berisik. Mereka masuk ke dalam ruangan sambil berhati-hati untuk menjaga ketenangan. Mereka berdua memanjatkan doa berharap seakan-akan sang Bunda siuman. Sang Ayah berpamitan kepada Regina untuk ke luar sebentar mencari nasi untuk disantap sebagai makan malam. Setelah sang Ayah pergi Regina berbisik lirih di telinga Bundanya.
“Bun, kenapa Bunda harus terbaring di sini, terbaring di tempat sempit dan berbau obat ini? Kenapa Bunda harus masuk ke tempat yang tak selayaknya Bunda masuki?”
Dengan raut wajah Regina yang begitu memelas, ia mulai meneteskan air mata sedikit demi sedikit air mata itu membasahi pipi Regina yang manis itu. Ayah datang membawa dua bungkus nasi kucing yang ia beli di depan rumah sakit, Regina langsung mengelap air yang membasahi pipinya.
“Nih Ayah bawakan kamu nasi, gih dimakan kamu kan belum makan dari tadi,” bujuk Ayahnya.
Tapi Regina menjawab dengan pasti, “Tapi Bunda belum makan dari tadi, Ayah nggak kasihan sama Bunda?”
“Bunda udah pakai infus sayang, jadi nggak perlu makan, lagi pula kalau Bunda makan gimana caraya,” kata sang Ayah memperjelas.
Akhirnya dengan bujukan sang Ayah Regina mau menyantap makan malam dengan nasi sederhana itu.
Suatu ketika, Regina harus masuk rawat inap mungkin karena terlalu lelah menunggu sang Bunda siuman dari koma panjangnya.
“Hmm Ayah sedih kamu masuk ke sini,” kata Ayah sambil mengelus kening Regina dengan lembut.
“Tapi di sini, di ruang ini Regina bisa merasakan terbaring lemah tak berdaya walau tak selemah Bunda,” kata Regina kaku kepada Ayahnya.
“Tetapi tak begini juga caranya sayang,” kata sang Ayah menjelaskan.
Terlihat dokter sedang memanggil Ayah, Ayah pun mendekat berharap ada kabar baik dari kesehatan Bunda Regina. Oh Ayah salah ternyata Bunda Regina bukanya semakin membaik malah tambah kritis.
“Pak begini Bunda Regina semakin lama semakin kritis kemungkinan tanpa mukzijat Tuhan, besok ia sudah tiada,” kata dokter terlihat ragu.
“Hah nggak mungkin dok, nggak mungkin, bagaimana jika Regina tahu kalau Bundanya akan meninggal?” tanya Ayah ke dokter dengan bingung.
“Saya turut berduka cita saja pak, Bapak harus sabar dan tabah dengan semua yang terjadi ini,” kata dokter sambil berlalu pergi.
“Rasanya hidup tiada artinya, gimana kalau Regina tahu, gimana kalau ia tahu Bundanya akan segera tiada, bagaimana? mungkin aku harus berdoa dan beribadah berharap Sang Pencipta memberi mukzijat.” kata Ayah dalam hati dan berpamitan untuk ke musala seberang.
“Ya Allah Ya Tuhanku berikan kesembuhan kepada mantan isteriku dan anak manisku berikan mukzijatmu. Ya Allah karena hanya Engkaulah yang bisa ku mintai pertolongan,” doa Ayah dalam selesai salat.
Sekembalinya Ayah ke ruangan Regina dirawat, Regina sudah tiada, pergi ke mana dia, setelah dicari ternyata dia sedang menangis di ruang IGD sang Bunda dirawat.
“Oh Regina sayang mengapa kau menangis?” tanya Ayah kebingungan.
“Ayah tak usah bohong, aku tahu jika besok Bunda akan meninggal.”
“Siapa yang bilang sayang, itu semua salah.”
“Buktinya hp Ayah ada sms dari tante Tuti, kalau Bunda akan meninggal besok,” bentak Regina.
“Itu kan hanya dokter yang memprediksi hanya yang di atas yang tahu. Sudahlah sayang lebih baik kita berdoa saja berharap Bunda diberi kesembuhan,” kata Ayah dengan lembut.
Dengan kesungguhan dan pecaya Bunda kan sembuh, Regina selalu berdzikir, berdoa, meminta pada Sang Kuasa agar sang Bunda bisa sembuh seketika. Selesai berdoa Regina menangis dan berbisik lirih pada sang Bunda.
“Bun, kalau Bunda udah nggak kuat aku ikhlas Bunda harus pergi, tapi kalau Bunda masih pengin hidup aku dan Ayah akan mencoba membantu Bunda.”
Tanpa memperhatikan Bundanya lagi Regina berlari dengan langkah yang terpapah-papah karena belum pulih. Sang Ayah yang masih menunggu di IGD melihat Bunda Regina meneteskan air mata, Ayah pun spontan senang dan memanggil dokter untuk menanganinya.
“Sungguh luar biasa kuasa Tuhan ini aku tak menyangka bahwa ia secepat ini pulihnya, kau sangat beruntung,” kata dokter kepada Ayah.
Terlihat kondisi Bunda yang semakin membaik, dokter memindahkannya ke ruang rawat inap biasa tepat di samping aku berbaring. Huft Bunda secepat ini sembuh, aku amat bahagia begitu juga Ayah.
Lima Minggu kemudian Bunda diperbolehkan pulang dan Ayah memutuskan untuk rujukan lagi ma Bunda. Sebelumnya aku tak tahu mengapa Tuhan memberikan cobaan seberat ini namun sekarang aku tahu Dia memberi cobaan ternyata untuk ini, untuk kebahagiaanku. Tak sia-sia aku harus melawan badai kehidupan, tak sia-sia aku menangis, tak sia-sia Bunda harus sakit-sakitan, tak sia-sia Ayah mencari uang, hanya demi kesempurnaan sebuah keluarga kecil ini. Makasih Ya Allah.
Cerpen Karangan: Taqiyya Hikma Rodhiyya
Facebook: Taqiyya Hikma
School: Junior High School 1 Wonogiri
Adress: Giritontro, Wonogiri, Central Java

Cerpen

Maafkan Aku Cinta

 

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 8 October 2015

Riyan, laki-laki itu kini duduk terdiam menatapku. Wajahnya tampak pucat seperti kurang tidur, atau mungkin dia kelelahan. Sudah satu bulan lebih dia tidak menemuiku, terakhir yang ku dengar dia tengah bertunangan dengan sahabatku. Dan setelah berita itu aku tidak berani lagi untuk menghubunginya. Bukan karena takut, bukan karena marah, tapi karena aku tidak akan pernah sanggup menghadapi kenyataan bahwa orang yang selama ini menjadi tumpuan hatiku ternyata bertunangan dengan sahabatku sendiri.
Begitu pula Riyan, entah apa alasannya, yang pasti setelah berita pertunangannya dengan Nadia tersebar Riyan sama sekali tidak menghubungiku. Kami sama-sama menghindar, bukan karena aku tidak rindu juga bukan karena aku benci tapi karena aku belum bisa menerima jika ternyata cowok yang selama ini menjadi sandaranku ternyata telah bersama sahabatku. Dan hari ini, entah apa yang akan ia sampaikan di pasir putih di tepi laut di tengah semilir angin yang meniupi pipi dan helaian rambutku, dia memintaku untuk pertama kali bertemu setelah menghabiskan waktu lebih dari satu bulan menghilang dariku. Dan kali ini dia hanya datang untuk menatapku.
“Riyan, sudah 30 menit kita di sini dan kamu hanya menatapku seperti ini, apa kita bertemu hanya untuk ini?” ucapku mulai mencairkan suasana.
“Aku ingin bicara,” kali ini suara Riyan terkesan berat untuk diucap.
“Bicara saja,” ucapku kaku.
“Aku akan menikah Mey!” ucapnya sembari menunduk. Ada getaran yang hebat dalam desahan suaranya. Kata-kata itu benar-benar membuatku terdiam. Seribu kata yang sebenarnya telah aku siapkan untuknya kini tak tersisa, tenggorokanku rasanya kering tanpa cairan.
“Wahh… baguslah,” ucapku sembari menahan air mata.
“Maafkan aku Mey,” kali ini perkataan Riyan semakin membuatku terpukul. Dan aku hanya terdiam mencoba menguasai diri.
“Maafkan aku Mey, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Ayah Nadia sakit keras dan aku diminta untuk menjaga Nadia sebagai ganti balas budi karena Ayahnya Nadia telah mendonorkan ginjalnya untuk Ayahku, dan aku diminta untuk menikahi Nadia, aku gak punya pilihan lain Mey, seluruh keluargaku juga mendukung seperti itu. Aku bingung. Aku bingung Mey. Aku gak punya pilihan lain!!!”
Riyan terlihat sangat cemas dan bingung.
“Yan, kamu gak perlu pikirin aku, aku gak apa-apa kok!”
“Mey aku pasti udah jahat banget ke kamu,”
“aku gak apa-apa Riyan,” aku mencoba menenangkan Riyan.
“melakukan ini sama saja nyakitin diri aku sendiri Mey, aku tahu kamu pasti sakit banget denger ini,”
“Aku gak apa-apa, mungkin kamu memang jodohnya Nadia, mungkin pertemuan kita memang dibuat hanya untuk menciptakan kenangan saja, Nadia cantik dan baik dia cocok kok buat kamu,” ucapku mencoba menguatkan Riyan yang kali ini terlihat begitu stres.
“Aku tahu kamu sakit Mey, seandainya saja bunuh diri diperbolehkan oleh agama, mungkin aku akan memilih jalan itu,”
“Kamu gak boleh berpikir kayak gitu… aku ikhlas kok, ini garis Tuhan yang harus kita jalani, aku mungkin akan sangat sedih dan perih. Akan sakit banget rasanya, tapi apapun itu aku pasti akan bisa melewatinya dan aku akn baik-baik saja,”
“dengarkan aku Mey… jangan pernah kamu berpikir bahwa apa yang telah kita lewati selama ini hanyalah suatu kenangan, karena aku tak akan pernah bisa melupakan ini semua bahkan sampai kehidupanku setelah mati, aku tetap tidak akan bisa melupakanmu, aku akan tetap mencintaimu lebih lama dari selamanya Mey,”
Riyan memelukku dan ini adalah pelukan terakhir sehari sebelum esok ia menikah, ini tangisanku yang terahir di dadanya. Setelah itu kisah Riyan benar-benar hanya menjadi sejarah.
Cerpen Karangan: Novi
Facebook: Beby Ayas
Ini merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Patah Hati